( Pembuktian
secara ilmiah menurut Al-Quranul Karim oleh KH. Fahmi Basya )
Jika
selama ini banyak ilmuwan-ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang
diceritakan dalam alquran itu berada di daerah yang sekarang adalah Yaman, maka
menurut KH Fahmi Basya, negeri saba’ itu sebenarnya berada di Indonesia.
Benarkah?
Masing-masing lingkaran mewakili satu huruf pada lafadz bismillah yaitu ba, sin, mim, alif, lam, lam, dan ha’ . Jika keenam lingkaran di luar masing-masing titik pusatnya secara berurutan dihubungkan dengan garis kemudian lingkaran-lingakaran yang diluar itu dihapus, jadilah bentuk itu sebagai segi enam dengan lingkaran di tengahnya. Itulah simbol lafadz bismillah.
Sekarang
mari kita amati salah satu kontur yang banyak terukir di batu-batu candi
Borobudur. inilah kontur itu.
ternyata bentuk itu banyak sekali kita temukan pada batu-batu di candi Borobudur. Segi enam dengan lingkaran ditengahnya. Apakah arti bentuk itu? Ternyata simbol segi enam dengan lingkaran di bawahnya adalah simbol lafadz bismillah. Demikianlah salah satu bukti analisa yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya dalam flying booknya.
ternyata bentuk itu banyak sekali kita temukan pada batu-batu di candi Borobudur. Segi enam dengan lingkaran ditengahnya. Apakah arti bentuk itu? Ternyata simbol segi enam dengan lingkaran di bawahnya adalah simbol lafadz bismillah. Demikianlah salah satu bukti analisa yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya dalam flying booknya.
Selain
itu, dalam flying book tersebut juga diungkapkan secara ilmiah bahwa candi
borobudur dahulunya bukan di tempat seperti yang sekarang, melainkan sempat
mengalami pemindahan dengan kecepatan pemindahan melebihi kecepatan cahaya
(60.000 kali). Hal ini mengakibatkan kontur candi borobudur mengalami
peluruhan. Pemindahan candi ini sesuai cerita dalam alqur’an : “Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan
barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia”. (QS.An Naml:40)
Selama
ini yang sering diungkapkan adalah bahwa pemindahan itu dari yaman ke
palestina, namun sesungguhnya bukti nyatanya belum pernah ditemukan.
Lalu
menurut penelitian KH Fahmi Basya, dimana letak candi Borobudur sebelum
dipindahkan? Jawabannya adalah di kawasan candi boko yang terletak di kabupaten
bantul. Di kawasan itu nampak bekas-bekas adanya candi besar. Namun, candi
besar itu hilang, entah bagaimana hilangnya, yang jelas bukan karena hancur
atau runtuh. Bahkan di kawasan candi boko ditemukan serpihan-serpihan sisa
candi yang konturnya mirip dengan kontur candi borobudur. Hanya saja, kontur
yang ada di kawasan candi boko ini tampak lebih jelas dibandingkan dengan
kontur yang ada di candi borobudur. Hal ini disebabkan peluruhan yang terjadi
akibat pemindahan dengan kecepatan 60.000 kali kecepatan cahaya tadi. (Lihat
gambar)
Lebih
jauh lagi KH Fahmi Basya membahas sisi lain dari candi borobudur, yaitu bahwa
desain candi borobudur sangat kompleks dan memiliki makna yang dalam. Misalnya
relief yang ada di dinding-dindingnnya, ukuran volume candi yang membentuk
balok al quran ( 23x23x12 = 6348 = jumlah ayat dalam alqur’an berserta
basmalah), bahkan bukti foto google art yang menunjukkan bahwa puncak candi
membentuk sebuah sebuah garis lurus yang menghubungkannya dengan rukun syaam
dan hajar aswad ka’bah. Dan banyak lagi fakta-fakta yang dikemukakan dalam
flying book itu.
Nama
saba’ sendiri, di dapat dari Alqur’an, dimana secara singkat Alqur’an (surat An
Naml dan surat Saba’) menceritakan bahwa negeri saba’ dahulu merupakan sebuah
negeri yang amat makmur, subur tanahnya dan maju bangsanya. Dalam negeri itu
pernah hidup Nabi-Nabi terdahulu seperti nabi daud AS, Nabi Sulaiman AS, dan
juga seorang ratu perempuan yang amat melegenda yaitu ratu Bilqis. Namun,
negeri itu dimusnahkan oleh Allah SWT dengan sebuah banjir yang amat besar
karena kemusyrikan bangsa di negeri itu, yaitu kereka melekukan ibadah
menyembah matahari.
Sementara
itu, dalam sebuah legenda yang sangat terkenal di dunia, konon pernah ada
sebuah negeri yang karakteristiknya hampir mirip dengan yang diceritakan
alqur’an itu. Negeri itu bernama negeri Atlantis. Negeri itu berada di sebuah
daratan yang luas dan subur, dan dihuni oleh bangsa maju dan makmur, unggul
dalam hal irigasi pertanian. Daratan luas itulah yang disebut sebagai benua
Atlantis yang mana benua itu musnah pada jaman es. Seiring tenggelamnya daratan
Atlantis, maka musnahlah negeri Atlantis yang begitu makmur itu.
Berdasarkan kemiripan kisah dalam Al Qur’an dan legenda yang berkembang di hampir sekuruh oenjuru dunia itu, bisa jadi, negeri saba’ yang dimaksudkan dalam Al Quran itu tak lain adalah negeri Atlantis yang dulu mendiami daratan Atlantis yang kini sudah musnah akibat banjir besar di jaman es. Benar atau tidaknya memeang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan kemiripan kisah dalam Al Qur’an dan legenda yang berkembang di hampir sekuruh oenjuru dunia itu, bisa jadi, negeri saba’ yang dimaksudkan dalam Al Quran itu tak lain adalah negeri Atlantis yang dulu mendiami daratan Atlantis yang kini sudah musnah akibat banjir besar di jaman es. Benar atau tidaknya memeang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Selama
ini hampir kebanyakan ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang disebutkan
dalam Alquran itu terletak di daerah Yaman, bahkan dalam banyak tafsir Al Quran
pun mengatakan demikian. Namun, melalui ekspedisi dan penelitiannya, yang
hasilnya dibuat dalam bentuk flying boook, KH Fahmi Basya menyimpulkan bahwa
bukanlah daerah Yaman letak sebenarnya negeri Saba’ itu, melainkan ia berada di
sebuah wilayah dengan pusatnya di pulau Jawa, dimana dahulu wilayah itu
mencakup wilayah Indonesia dan masih merupakan sebuah daratan yang luas atau
berupa sebuah benua. Berikut saya tuliskan 14 bukti yang dikemukakan oleh KH
fahmi Basya yang mengungkapkan bahwa negeri saba’ dalam Al Qur’an itu bukan
terletak di Yaman melainkan di Indonesia.
PERTAMA.
Nama saba’ itu sendiri. “..dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita
penting yang diyakini.” (QS. 27:22). Di Indonesia ada nama dan tempat bernama
saba’ (tempat pertemuan) dan ada tempatnya. sementara di Yaman tidak ada. Yang
ada hanya sabuun(prasasti), tapi tidak ada a=nama tempat bernama saba’
KEDUA.
Hutan saba’. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah hutan (kebun) di sebelah kanan dan di
sebelah kiri” (QS.34:14). Disebutkan terdapat hutan sebagai tanda kekuasaan
(ayat). Allah menyebut sesuatu sebagai ayat maka berarti sesuatu tersebut tidak
akan hilang dan tetap dapat di amati oleh manusia. Sebagaimana dalam QS 54.15
Allah menyebut kapal nabi nuh sebagai ayat dan itu kita temukan. Maka sesuai
sebutan “ayat” itu seharusnya hutan itu juga bisa ditemukan atau pastilah hutan
saba’ itu masih ditemukan. Kita bisa buka dalam kamus bahasa jawa kawi, HUTAN
dalam bahasa jawa adalah WANA, dan SABA’ berarti PERTEMUAN. Jadi hutan saba’
itu ada di pulau jawa yaitu WANASABA=WONOSOBO Ada juga nama sleman yang berasal
dari kata sulaiman. Sementara di Yaman tidak diketemukan nama-nama semacam itu.
KETIGA.
Tempat bersujud (menyembah) kepada matahari. “Aku mendapati dia dan kaumnya
menyembah (bersujud kepada) matahari…”(QS. 27:24). Di Yaman tidak dijumpai
tempat semacam itu, sementara di Indonesia tempat semacam itu ada yaitu di
kawasan bukit candi Boko. Disana ada tempat yang digunakan untuk menyembah
matahari yang berupa bangunan di atas bukit menghadap ketimur, ke arah matahari
terbit.
KEEMPAT.
Bangunan di lembah semut. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI
Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku …”(QS. 27:40). Di Yaman tidak ada
bangunan semacam ini, tapi di Indonesia ada, yaitu candi Borobudur. candi
Borobudur terletak di sebuah lembah, dan itulah lembah semut, lembah terindah
di dunia.
KELIMA.
Fakta pemindahan. Ada bekas stupa di candi Boko (36 km dari candi Borobudur),
dimana tekstur bekas stupa itu sangat mirip dengan yang ada di candi borobudur.
di Yaman tidak ada.
KEENAM.
Sidrin qolil. “…sesuatu yang disebut sidrin Qolil”(qs. 34:16). Di indonesia
sidrin qolil ini masih ada sampai sekarang, yaitu terdapat di candi Boko,
sementara di Yaman tidak ada.
KETUJUH.
Buah yang rasanya pahit, dan menjadi buah mulut (cerita rakyat). “…dan kami
ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit…”(QS. 34:16). Di Indonesia ada buah yang rasanya pahit yaitu buah
MAJAPAHIT, di Yaman tidak ada.
KEDELAPAN.
Sisa banjir. “… Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang
besar…”(QS.34:16). Di Yaman disebutkan banjir ini disebabkan runtuhnya
bendungan Ma’rib (sebesar bendungan situ gintung) tapi banjir yang semacam ini
terlalu kecil untuk memusnahkan sebuah negeri. Tapi di Indonesia banjir itu ada
yaitu banjir sangat besar yang menenggelamkan dataran/dangkalan sunda,
mengakibatkan Indonesia terbagi menjadi banyak pulau. Fakta sejarah
mengungkapkan bahwa dulu nusantara merupakan satu wilayah daratan yang luas
sebelum menjadi wilayah kepulauan.
KESEMBILAN.
Bukti bahwa negeri saba’ telah dihancurkan sehancur-hancurnya. “Maka kami jadikan
mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi
setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS.34:19). Di Indonesia fakta jelas
mengatakan bahwa wilayah nusan tara yang dulunya satu daratan, setelah banjir
besar di jaman es terbagi menjadi 17.000 pulau. Dari 1 menjadi 17.000. dalam
sejarah dunia belum pernah ada daratan yang karena suatu kejadian kemudian
menyebabkannya terbagi menjadi 17.000 bagian. Inilah maksud dari dihancurkan
sehancur-hancurnya. Semantara di Yaman tidak ada fakta semacam itu.
SEPULUH.
“…Kami bataskan padanya perjalanan…”(QS.34:18). Setelah banjir besar, maka
perjalana darat menjadi terbatas karena pulau-pulau dibatasi lautan. Sementara
di Yaman tidak ditemukakan fakta ini.
SEBELAS.
Jarak terbang ideal. “Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia
berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan
kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang
diyakini.”(QS.27:22). “Pergilah dengan (membawa) suratku ini”(QS.27:28) jarak
pemindahan istana adalah sejauh jarak terbang burung (36 km). di Indonesia
jarak ideal ini ada Yaitu jarak candi Borobudur-candi Boko. Sementara kalo di
Yaman, jarak antara Yaman-Palestina terlalu jauh.
KEDUABELAS.
“Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS.34:21). Jadi pastilah Allah
memelihara negeri saba’ yang menjadi ayat (tanda kekuasaan) Nya itu. Di Yaman
sudah tidak ada, sementara di Indonesia masih ada.
KETIGABELAS.
Surat dari Nabi Sulaiman unutk ratu Balqis. “Berkata ia (Balqis): “Hai
pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang
mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya:
“bismillahirrahmaanirrahiim” (QS. 27:29-30). Di Indonesia ada bukti yang
ditemukan di istana ratu boko berupa lempengan/plat emas bertuliskan
bismillahirrahmaanirrahiim. Di Yaman tidak ada.
KEEMPATBELAS.
Gedung yang tinggi. “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku).”(QS.34:13). Di Indonesia jelas ada yaitu candi borobudur,
sedangkan di Yaman tidak ada.
Menurut Asal usul sejarah berdirinya candi
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur
dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa
Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri
Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti
Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai
sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu
Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Kata Borobudur sendiri
berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford
Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini.
Tidak ada bukti Asal usul sejarah berdirinya candi Borobudur tertulis yang
lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen
tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang
ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa
candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha. Candi Borobudur
yang artinya yaitu “biara di perbukitan”, berasal dari kata “bara” (candi atau
biara) dan “beduhur” (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan
gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik.
Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke
Indonesia sekitar abad ke-15. Semenjak ditemukan Candi Borobudur terus dipugar
pada masa penjajahan Belanda oleh sekitar 200 pria dan mendapat perhatian dunia.Lalu
pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan
pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Proses pemugaran baru
selesai pada tahun 1984.
Demikian artikel tentang pembuktian sejarah Borobudur menurut Al-Quran.
semoga bermanfaatSEJARAH NAMA SLEMAN DAN ASAL USUL BOROBUDUR
Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan). Berdasarkan Perda no.12 Tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang.
Berdasar pada
perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan Surya
Sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat
bilangan Rasa= 6, Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun
1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang
jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara.
Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh Candra Sengkala "Anggana
Catur Salira Tunggal" yang memiliki arti Anggana=6, Catur=4, Salira=8,
Tunggal=1. Dengan demikian dari Candra Sengkala tersebut terbaca tahun 1846.
Beberapa tahun
kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah
wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan
Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta
melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada
status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden T umenggung
Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17
Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota
kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo.
Melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun
1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, maka 258 Kelurahan di Kabupaten
Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.
Ternyata BERITA CANDI BOROBUDUR adalah bangunan yang
dibangun oleh “TENTARA NABI SULAIMAN” BUKAN isapan jempol semata..!! konon
pembuatan didalamnya ini dibantu dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang
disebut dalam Alqur’an sebagai “ARSY RATU SABA”. Dipaparkan secara apik
berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin
oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah. Hasil
riset tersebut juga menyimpulkan bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai
“BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan ajaran2
LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur’an. Perlu diketahui bahwa
satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang menggunakan nama depan SU
hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh
keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo
serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi
kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Alqur’an dijadikan Khalifah di
Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat
Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi
(membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan
juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini
yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA” , menurut Dr. Daoed
Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = gunung dan
indra = raja.
Luar biasaaa… dan selanjutnya kabar BENUA ATLANTIS
yang hilang itu TERNYATA” Benar” di INDONESIA…!!
Penelitian mutakhir ini yang dilakukan oleh Aryso Santos,
menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30
tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found,
The Definitifve Localization of Plato‘s Lost
Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti
luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang
akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia.
Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia,
menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur. WAWW,,
MANTAB, berarti INDONESIA ADALAH SUMBER PERADABAN sepanjang sejarah manusia.
ada selentingan konon, Nabi Adam dulu tinggal di INDONESIA lohh….
fiuuuhhh.. luar biasa yaa INDONESIA..
di Kuatkan juga oleh Teori Teori Plato yang menerangkan
bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi
yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia
masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan
meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian
besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu,
maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang
mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan
dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung
berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang
merupakan puncak gunung yang meletus pada saaitu. Letusan yang paling
dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah
bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran
Sunda.
Nah, terbukti kan…
BETAPA HEBAT NYA INDONESIA, dan konon KEBANGKITAN ISLAM
kedua pun AKAN TERJADI DI INDONESIA, sudah menjadi SUNNATULLAH, sejarah akan
berulang kembali. logika nya jika di awali di INDONESIA adalah PERADABAN AWAL
UMAT MANUSIA, maka tidak menutup kemungkinan PERADAPAN BERAKHIR DI INDONESIA
PULA… ^_^
Santos menambahkan Bahwa Indonesia
adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus
membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan
internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia.
Masih menyimpan berbagai pertanyaan
mengapa dinamakan Sleman. Ada yang bilang, dulu katanya daerah itu dihuni
orang-orang yang pekerjaannya penghasil banyak selai, sehingga nama Sleman
diambil dari SELAI MAN alias manusia penghasil selai. Ternyata itu ngapusi
besar, mengingat dari dulu sampai sekarang orang-orang Sleman tidak banyak tahu
apa-apa tentang selai.
Berdasarkan penelusuran dan
penelitian yang tidak ada, sebenarnya nama Sleman muncul dari sebuah
keputusasaan saat Indonesia dalam pendudukan Inggris. Daerah yang memiliki
potensi yang beragam dan luar biasa itu membingungkan orang-orang Inggris untuk
memberi identitas berdasarkan khasanah budaya yang berkembang di daerah itu.
Karena putus asa dan stress
memikirkan nama yang cocok untuk daerah itu, maka di dalam peta orang Inggris
menandai daerah itu dengan sebutan ”Nameless” alias tidak bernama. Eh, dasar
orang Jawa, sukanya neko-neko, saat itu ada seorang Copywriter (nggak
masuk akal banget ya?) yang membalik tulisan nameless menjadi sseleman. Dan
untuk memudahkan ilat Jowo nama sseleman berubah menjadi Sleman.
Tak ada yang tahu siapa Copywriter
itu, dan tak ada yang tahu sejarahnya tiba-tiba dia mengenalkan sosok dirinya
sebagai seorang Copywriter, jaman dulu Indonesia mana tahu tentang Copywriter?
Tapi berdasarkan isu, orang itu kisinan banget atas apa yang
dilakukannya dan melarikan diri dengan membonceng Inggris ke Eropa. Di sana dia
memperkenalkan Copywriting kepada Marcel Bleustein-Banchet, lalu saat dia sudah
sangat tua dia memberikan ilmunya kepada David Ogilvy saat bertemu di dapur
Hotel Majestic lalu sekejap meninggal dunia. Tak ada yang mengenangnya, baik
insan periklanan dunia maupun orang-orang Sleman, cerita ini juga diragukan
kebenarannya. Eh bukan diragukan ding, tapi memang tidak ada. Wallahu a’lam…….
SEJARAH KABUPATEN SLEMAN
Mengungkap sejarah
merupakan perjalanan yang rumit dan melelahkan. Setidaknya pengalaman tersebut
dapat dipetik dari upaya Dati II Sleman untuk menentukan hari jadinya. Setelah
melalui penelitian, pembahasan, dan perdebatan bertahun-tahun, akhirnya hari
jadi Kabupaten Dati II Sleman disepakati. Perda no.12 tahun 1998 tertanggal 9
Oktober 1998, metetapkan tanggal 15 (lima belas) Mei tahun 1916 merupakan hari
jadi Sleman. Di sini perlu ditegaskan bahwa hari jadi Sleman adalah hari jadi
Kabupaten Sleman, bukan hari jadi Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman.
Penegasan ini diperlukan mengingat keberadaan Kabupaten Sleman jauh sebelum
Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai wujud lahirnya negara Indonesia modern, yang
memunculkan Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman.
Keberadaan hari
jadi Kabupaten Sleman memiliki arti penting bagi masyarakat dan pemerintah
daerah untuk memantapkan jati diri, sebagai landasan yang menjiwai gerak
langkah ke masa depan. Penetapan hari jadi ini akan melengkapi identitas yang
saat ini dimiliki Kabupaten Sleman.
Dalam perhitungan
Almanak, hari jadi Kabupaten Sleman jatuh pada hari Senin Kliwon, tanggal 12
(dua belas) Rejeb tahun Je 1846 Wuku Wayang. Atas dasar perhitungan tesebut
ditentukan surya sengkala (perhitungan tahun Masehi) Rasa Manunggal Hanggatra
Negara yang memiliki arti Rasa = 6, manunggal = 1, Hanggatra = 9, Negara = 1,
sehingga terbaca tahun 1916. Sementara menurut perhitungan Jawa (Candra
Sengkala) hari jadi Kabupaten Sleman adalah Anggana Catur Salira Tunggal yang
berarti Anggana = 6, Catur = 4, Salira = 8, Tunggal = 1, sehingga terbaca tahun
1846. Kepastian keberadaan hari jadi Kabupaten Sleman didasarkan pada Rijksblad
no. 11 tertanggal 15 Mei 1916. Penentuan hari jadi Kabupaten Sleman dilakukan
melalui penelaahan berbagai materi dari berbagai sumber informasi dan fakta
sejarah.
Adapun
dasar-dasar pertimbangan yang digunakan adalah:
1.
Usia
penamaan yang paling tua Mampu menumbuhkan perasaan bangga dan mempunyai
keterkaitan batin yang kuat terhadap masyarakat.
2.
Memiliki
ciri khas yang mampu membawa pengaruh nilai budaya .
3.
Bersifat
Indonesia sentris, yang dapat semakin menjelaskan peranan ciri keindonesiaan
tanpa menyalahgunakan obyektivitas sejarah.
4.
Mempunyai
nilai historis yang tinggi, mengandung nilai dan bukti sejarah yang dapat
membangun semangat dan rasa kagum atas jasa dan pengorbanan nenek moyang
kita.
5.
Merupakan
peninggalan budaya Jawa yang murni, tidak terpengaruh oleh budaya
kolonial
Periode 1916-1945
Secara
administratif, keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11
tahun 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta (Mataram) dalam 3
Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman),
dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Secara hierarkhis, Kabupaten
membawahi distrik yang dikepalai seorang Panji.
Dalam Rijksblad
tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni
: Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng
(terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6
onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55
kalurahan).
Pada tahun yang
sama, berturut-turut dikeluarkan Rijksblad no.12/1916, yang menempatkan Gunung
Kidul sebagai kabupaten keempat wilayah Kasultanan Yogyakarta. Kemudian disusul
dengan Rijksblad no. 16/1916 yang mengatur keberadaan Kabupaten Kota. Sedangkan
Rijksblad 21/1916 mengatur keberadaan kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian,
pada tahun tersebut wilayah Kasultanan Yogyakarta berkembang dari 3 kabupaten
menjadi 6 Kabupaten.
Pembagian wilayah
Kesultanan Yogyakarta tersebut ternyata pada tahun 1927 mengalami
penyederhanaan melalui munculnya Rijksblad no. 1/1927. Enam Kabupaten yang
terdapat di wilayah kasultanan disederhanakan menjadi 4 kabupaten yakni:
Kabupaten Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul.
Dalam hal ini, Kabupaten Sleman mengalami penurunan status menjadi distrik
Kabupaten Yogyakarta.
Pada tahun 1940,
wilayah Kasultanan Yogyakarta mengalami reorganisasi dengan munculnya Rijksblad
Van Jogjakarta no. 13/1940 tanggal 18 Maret 1940. Rijksblad tersebut membagi
wilayah kasultanan Yogyakarta tetap dalam 4 Kabupaten dengan pemampatan pada
distrik masing-masing kabupaten.
·
Kabupaten
Yogyakarta, terdiri 2 (dua) distrik (Distrik Kota dan Distrik Sleman).
·
Kabupaten
Sleman yang terdiri 4 (empat) distrik.
·
Kabupaten
Kulon Progo terbagi 2 (dua) distrik.
·
Kabupaten
Gunung Kidul terbagi 3 (tiga) distrik.
Pembagian wilayah
tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1942 dengan Jogjakarta
Kooti, Kasultanan Yogyakarta lebih memerinci wilayahnya sebagai berikut:
1.
Kabupaten
Yogyakarta dengan Bupati KRT. Harjodiningrat. Kabupaten Yogyakarta dibagi
menjadi 3 (tiga) Kawedanan, yakni kawedanan Sleman dengan penguasa R. Ng.
Pringgo Sumadi dan Kawedanan Kalasan dengan penguasa R. Ng. Pringgo Biyono.
2.
Kabupaten
Bantul (Ken) dengan Bupati KRT. Dirjokusumo dan wilayahnya dibagi menjadi 4
(empat) kawedanan yakni Bantul, Kotagede, Godean dan Pandak.
3.
Kabupaten
Gunung Kidul dengan Bupati KRT. Djojodiningrat dan wilayahnya terbagi menjadi 3
(tiga) kawedanan yakni Wonosari, Playen dan Semanu.
4.
Kabupaten
Kulon Progo dengan Bupati KRT. Pringgohadingrat, dengan wilayah yang terbagi
menjadi 2 (dua) kawedanan yaitu Nanggulan dan Sentolo.
Pada tanggal 8
April 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah
Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Dalam Koorei
tersebut dinyatakan wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi lima Kabupaten
yakni Kabupaten Kota Yogyakarta (Yogyakarta Syi), Kabupaten Sleman (Sleman
Ken), Kabupaten Bantul (Bantul Ken), Kabupaten Gunung Kidul (Gunung Kidul Ken)
dan Kabupaten Kulon Progo (Kulon Progo Ken). Penataan ini menempatkan Sleman
pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten.
Periode 1945-1947
Jogjakarta Koorei
angka 2 (8 April 1945) menjadikan Sleman sebagai pemerintahan Kabupaten untuk
kedua kalinya dengan KRT Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu,
wilayah Sleman membawahi 17 kapewon (Son) yang terdiri dari 258 kalurahan (Ku).
Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa
Triharjo (Kecamatan Sleman).
Bila dibandingkan
dengan pemerintahan kabupaten lainnya di tanah Jawa, infrastruktur yang
dimiliki Sleman sangat terbatas. Fasilitas yang dimiliki adalah gedung pusat
pemerintahan, pasar (yang saat ini dikenal sebagai pasar Sleman), masjid
(masjid Sleman) dan stasiun kereta api (lokasinya sudah berubah menjadi taman
segi tiga Sleman). Sedangkan infastruktur seperti alun-alun, penjara, markas
prajurit dsbnya, sebagai syarat ibukota, tidak dimiliki.
Di era revolusi, para
pegawai pemerintah meninggalkan ibukota Sleman ikut keluar kota mengatur
strategi. Dalam keadaan demikian perkantoran pemerintahan Kabupaten Sleman
menjadi sepi dan terjadi “bumi angkut” oleh gerombolan masyarakat yang tidak
bertanggungjawab. Akibatnya gedung-gedung pemerintah tidak layak lagi menjadi
tempat pelayanan masyarakat.
Periode 1945-1947
Dalam kondisi
gedung-gedung pelayanan masyarakat yang memprihatinkan, Bupati Sleman KRT
Pringgodiningrat pada tahun 1947 memindahkan pusat pelayanan kabupaten ke
Ambarukmo, di Petilasan Dalem serta bekas pusat pendidikan perwira polisi yang
pertama di Indonesia (saat ini pendopo hotel Ambarukmo). Dalam hal ini,
Ambarukmo merupakan pusat kegiatan pelayanan pemerintahan, bukan ibukota
kabupaten.
Pada tahun yang sama
Bupati KRT Pringgodiningrat diganti oleh KRT Projodiningrat. Dalam periode ini,
tepatnya tahun 1948, wilayah Kasultanan Yogyakarta mulai melaksanakan
pemerintahan formal. Sesuai dengan UU no. 22 Tahun 1948, penyebutan wilayah
Kabupaten Sleman adalah Kabupaten Sleman.
Pada tahun 1950
Bupati KRT Projodiningrat digantikan oleh KRT Dipodiningrat hingga tahun 1955.
Selanjutnya, KRT Dipodiningrat digantikan oleh KRT Prawirodiningrat, yang
menjabat Bupati Sleman hingga tahun 1959.
Pada masa itu
pemerintah RI mengeluarkan UU no. 1 tahun 1957 mengenai Pembagian Daerah
Republik Indonesia dan Aturan Otonomi Daerah, maka penyebutan Kabupaten Sleman
berubah menjadi daerah Swatantra. Sebagai implementasinya Departemen Dalam
Negeri menerbitkan peraturan bahwa selain memiliki seorang Bupati yang diangkat
secara sektoral sebagai pegawai Kementrian Dalam Negeri, Kabupaten juga harus
memiliki kepala daerah yang dipilih legislatif (DPRD).
Dengan kata lain,
dalam periode pemerintahan ini, sebuah kabupaten memiliki 2 (dua) Kepala
Daerah. Terpilih sebagai Kepala Daerah Swatantra adalah Buchori S.
Pranotodiningrat. Seiring terbitnya Penetapan Presiden no. 6 Tahun 1959 dan no.
5 Tahun 1960, untuk memberlakukan kembali UUD 1945, pemerintahan Kabupaten
Sleman kembali dikepalai seorang Bupati/Kepala Daerah, yang dijabat oleh KRT.
Murdodiningrat.
Periode
1964-sekarang
Pada tahun
1964, KRT Murdodiningrat memindahkan pusat pemerintahan ke Dusun Beran,
Desa Tridadi Kecamatan Sleman. Lokasinya menempati bangunan kantor Bappeda
Sleman (sekarang). Pada masa ini pula Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman mulai
memiliki lambang daerah.
Munculnya UU
no. 18 tahun 1965 mengenai Hak Otonomi Daerah ditindaklanjuti DPRD Gotong
Royong Daerah Tingkat II Sleman dengan menerbitkan SK. no. 19/1966 yang mengubah
sebutan Pemerintah Daerah Tingkat II Sleman menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten
Sleman, dan DPRD Gotong Royong Tingkat II Sleman menjadi DPRD Gotong Royong
Kabupaten Sleman. Pada masa tersebut ketua DPRD Gotong Royong dijabat Soekirman
Tirtoatmodjo.
Seiring berakhirnya
masa keanggotaan DPRD Gotong Royong pada tahun 1971, jabatan ketua DPRD
digantikan oleh Soelanto. Selanjutnya pada tahun 1974, UU no. 18 tahun
1965 digantikan UU no. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah. Berorientasi
pada Undang-undang ini pemerintahan daerah Sleman menggunakan penyebutan
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sleman.
Pada tahun 1974 KRT.
Murdodiningrat digantikan oleh KRT Tedjo Hadiningrat, yang hanya
menjabat selama 3 bulan. Selanjutnya posisi bupati dijabat Drs. KRT. H.
Prodjosuyoto Hadiningrat, yang menjabat 2 periode (th.1974-1985) dengan 2
kali penggantian ketua DPRD. Pada tahun 1977, posisi Soelanto sebagai ketua
DPRD digantikan oleh R. Soelarjo hingga tahun 1982, yang selanjutnya
digantikan Samingan H.S.
Pada tahun
1985 Drs. KRT. H. Prodjosuyoto Hadiningrat digantikan Drs. Samirin, yang
menjabat selama satu periode (1985-1990). Pada masa jabatannya, Drs. Samirin
mengalami sekali pergantian ketua DPRD Sleman yakni pada tahun 1987, Samingan
H. S. digantikan Letkol. Sudiyono, yang menjabat 2 periode masa
jabatan (1987-1997).
Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?
Temuan baru dengan pendekatan sains Alquran mengenai Candi
Borobudur sebagai bangunan purbakala di Jawa Tengah turut mendorong rasa
nasionalisme bangsa Indonesia.
"Borobudur ini menjadi simbol yang luar biasa bagi
bangsa Indonesia. Melalui pendekatan ini menjadi simbol mendorong semangat
kebangkitan itu sendiri," kata penulis buku Borobudur dan Peninggalan
Nabi Sulaiman, KH Fahmi Basya, dalam seminar bertema Titik balik
sejarah Borobudur di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/4).
Seminar tersebut mengupas mengenai buku karya ahli
matematika Islam itu yang sempat menimbulkan pro dan kontra. Di luar dari pro
dan kontra tersebut, menurut Fahmi Basya, temuan ini menunjukkan bahwa
Indonesia yang dikenal dengan Nusantara ialah negeri yang thoyyiban
(baik) seperti juga surga yang dikatakan tempat yang thoyyiban.
"Satu-satunya negeri yang disebut toyyiban di dalam
Alquran ialah negeri Saba yang dikatakan, 'Negerimu adalah negeri yang thoyyiban
dari Rabb yang Ghafuur' dalam Alquran Surat 34:15. Tidak
kebetulan kita semua ditakdirkan lahir dan besar di tanah surga," kata
Fahmi.
Temuan Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman
diungkapkan Fahmi Basya melalui penelitian selama 35 tahun. Temuan yang tidak
berdiri sendiri itu berdasarkan fakta-fakta eksak melalui pendekatan sains
Alquran.
Melalui hitungan matematika Islam dan sains Alquran yang
dipahami, Fahmi Basya memaparkan 40 fakta-fakta eksak daya jelajah para nabi
yang ternyata sampai ke Nusantara.
Melalui temuan itu, ia ingin membangunkan bangsa Indonesia
yang saat ini sedang tidur panjang dan masih bersikap inferior dan rendah diri
di hadapan bangsa-bangsa lain. "Bangsa Indonesia harus mampu berdiri tegak
menatap masa depan, karena telah ditakdirkan dan dipilih untuk mewariskan
negeri yang besar," katanya.
Sejak diterbitkan Agustus 2012, buku Borobudur dan
Peninggalan Nabi Sulaiman terjual sebanyak 7.500 eksemplar di seluruh
Indonesia. "Borobudur adalah monumen kebangkitan yang mampu menyatukan
seluruh komponen negeri ini saling rangkul dan bersatu," katanya. (Ant)
Menurut sebuah penelitian oleh Pak Fahmi Basya memperoleh
kesimpulan bahwa kisah nabi Sulaiman itu tidak bisa dipisahkan dari tanah jawa
(Negeri Saba’) dan juga nabi Sulaiman mempunyai peninggalan berupa sebuah candi
Borobudur, jadi menurut peneliti tersebut candi Borobudur adalah peninggalan
nabi Sulaiman.
Membaca hasil penelitian ini tentu anda akan mengernyitkan dahi, atau bahkan tidak percaya.
Membaca hasil penelitian ini tentu anda akan mengernyitkan dahi, atau bahkan tidak percaya.
Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas
Sejarah Nabi dan Rasul,
Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan candi Borobudur dibangun setelah masehi. Tapi tidak menurut Pak Fahmi Basya, Borobudur sudah ada sejak sebelum Masehi tuturnya.
Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan candi Borobudur dibangun setelah masehi. Tapi tidak menurut Pak Fahmi Basya, Borobudur sudah ada sejak sebelum Masehi tuturnya.
Dalam bukunya, KH Fahmi Basya menuturkan beberapa ciri-ciri
Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud
tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah
maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi
Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya
Ratu Saba, Kisah nabi Yunus di relief candi dan lainnya. Dalam Alquran, kisah
Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan beberapa kali dalam al quran surah
An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya.
Tentu saja, banyak orang yang tidak percaya bila Borobudur
merupakan peninggalan Sulaiman. Banyak bukti yang dipaparkan oleh pak Fahmi
Basya, salah satunya adalah banyak relief yang mengambarkan kisah-kisah yang
ada didalam AlQuran seperti kisah nabi Yunus yang dilempar dari kapal yang
penuh dan dimakan oleh sebuah ikan seperti gambar di bawah ini. Melalui
relief-relief yang ada lainnya, memang terdapat banyak simbol, yang mengesankan
dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana seperti keterangan
Alquran.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan.
Pada relief lain yang terdapat di Borobudur, tampak peti
atau tabut itu dijaga oleh seseorang. “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di
dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga
Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS
Al-Baqarah [2]: 248).
Negeri Saba ada di Indonesia, yaitu Wonosobo (Wana – Saba).
menurut bahasa jawa, Wana artinya hutan dan Saba adalah negeri Saba/tempat
berkumpul . Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS
Saba [34]: 15).
Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan
Saba. Masih banyak lagi bukti-bukti yang dipaparkan oleh sang peneliti KH Fahmi
Basya didalam buku yang ia tulis.
Sejarah Asal Mula Candi Borobudur
Masa
lalu memang penuh misteri. Banyak orang meyakini bahwa Candi Borobudur sebagai
peninggalan Dinasti Syailendra pada abad 8 masehi. Namun hal itu dibantah oleh
KH. Fahmi Basya. Ahli matematika Islam ini meyakini bahwa Borobudur sangat
terkait erat dengan sejarah Nabi Sulaiman. Borobudur adalah peninggalan Ratu
Saba’ seperti yang diceritakan dalam Al-Quran. Buku ini bukan karya sehari dua
hari disusun. Tulisan ini sudah ditulis dengan sangat serius selama puluhan
tahun; sejak tahun 1979 hingga 2012. Dalam buku ini penulis menjelaskan dengan
sangat detail dan ilmiah bukti-bukti bahwa Borobudur adalah peninggalan Ratu
Saba’. Ada 40 bukti eksak yang dijelaskan. Salah satu bukti paling kuat dan
belum bisa dibantah adalah ditemukannya surat dari Nabi Sulaiman bertuliskan
“Bismilllahirrahmanirrahim” di atas sebuah plat emas di dalam kolam pemandian
Ratu Saba’ (Ratu Boko) di daerah Sleman, Jawa Tengah.
Fahmi Basya, meyakini bahwa selama ini asal-usul Candi
Borobudur tidaklah benar. Ia bahkan tak ragu meminta pemerintah bisa
menerbitkan undang-undang yang mengatur soal kejelasan asal-usul bangunan
Borobudur.
Fahmi menilai langkah itu berkaitan erat dengan pembangunan
dan penguatan identitas kebangsaan. "Selama ini tidak ada yang membantah
pendapat Van Erp yang menyatakan Candi Borobudur adalah Candi Budha sejak 1817.
Padahal belum ada penelitian lanjutan soal itu,'' kata Fahmi kepada Republika,
Sabtu (6/4).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 33 tahun,
Fahmi menyatakan Candi Borobudur berkaitan erat dengan sejarah Nabi Sulaiman.
Lewat serangkaian penjelasan-penjelasan yang didasarkan
pada observasi lapangan di Borobudur dan tafsir-tafsir Al Quran, Dosen di UIN
Syarif Hidayatullah itu menjelaskan keterkaitan antara pembangunan Borobudur
dan Nabi Sulaiman.
Sejarah Candi Borobudur terletak di
Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi
Buddha terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk dalam
salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi mengenai asal usul
nama candi ini. Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan
“beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”.
Versi kedua mengatakan bahwa nama
Sejarah Candi Borobudur kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang
berarti “gunung yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan
oleh Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata
“bhoro” yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas”.
Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan
oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim yang berpendapat bahwa Bodorbudur berarti
“biara di atas sebuah bukit”. Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan
oleh Prof. J.G. de Casparis berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan
bahwa Borobudur berasal dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat
pemujaan bagi arwah nenek moyang”.
Versi Lainnya
Asal Usul Sejarah Borobudur – Candi borobudur merupakan salah satu obyek wisata yang
terkenal di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi
Borobudur didirikan sekitar tahun 800-an Masehi oleh para penganut agama Buddha
Wahayana. Dalam sejarah candi borobudur, terdapat berbagai teori yang
menjelaskan asal usul nama candi borobudur. Salah satunya menyatakan
bahwa nama borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara yang
artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa
etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para
Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah
bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon
berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan
beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang
berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di
tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam
disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa
Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan
Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari
wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar
tahun 824 M.
Letak
candi ini diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang
atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang
membujur dari arah timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung
Merapi dan Merbau, serta disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu
andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini.
Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi,
Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan
kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi
dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang
bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu,
materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu,
materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong. Hal ini
hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan. Begitulah kira-kira kisah
yang dapat kita sajikan. Semoga bermanfaat..
Masuk akal :-)
BalasHapusMaaf mas Zein, Candi Borobudur diklaim oleh Agama Budha, bukan oleh Agama Hindu :)
BalasHapusGa ada yg ngomong Hindu tuh...
HapusBorobudur adalah peninggalan nabi sulaiman bisa saja benar !! Kabar tentang Indonesia adalah benua atlantis..orang eropa lebih dulu tahu makanya mereka berbondong bondong datang menjajah dan menjarah negara ini
BalasHapusanda benar bung! :)
Hapuskalopun iya borobudur memang didedikasikan untuk Sulaiman, bukan berarti merujuk kepada kebangkitan islam, sebuah penilaian harus benar obyektif, bukan kpd beberpihakan golongan tertentu. para nabi sebelum muhammad termasuk yesuspun tidak memeluk agama tertentu yg skg ada. kata Islam yg dimaksud sebelum zaman nabi muhammad pun harus ditelisik lebih lanjut. Apakah itu merujuk kpd agama tertentu atau sebutan bagi orang2 tertentu juga. karena pada dasarnya pengertian agama sekarang dan dulu sangatlah berbeda. terima kasih.
BalasHapusAssalamualaikum wr. wb.
BalasHapuskami selaku warga bangsa indonesia wajib hukumnya mencintai negeri sendiri, lebih -lebih kami bangga dengan karya seorang Doktor dan sekaligus kyai yang disiplin ilmu.
bukan karena beliau seorang dr gol. kita, terlepas dari itu karyanya sangat berdasarkan ilmu !
Assalamualaikum wr. wb.
BalasHapuskami selaku warga bangsa indonesia wajib hukumnya mencintai negeri sendiri, lebih -lebih kami bangga dengan karya seorang Doktor dan sekaligus kyai yang disiplin ilmu.
bukan karena beliau seorang dr gol. kita, terlepas dari itu karyanya sangat berdasarkan ilmu !
my be yes my be no...
BalasHapusYa Alloh ridhoilah negeri ini sebagai negeri yang besar seperti zamanya nabi sulaiman as.
BalasHapussubahanallah
BalasHapusBenarkah borobudur dibangun pada masa ramayana
BalasHapusHoak banget nih ceritanya
BalasHapus1. Katanya penelitian ilmiah,ternyata penelitian gak da yg ilmiah, penelitian ilmiah itu misale carbon dating utk mengetahui umur candi
2. Pemindahan candi kecepatannya 60000 kec cahaya..ini ilmiah apanya? Berdasar pengetahuan ilmiah sekarang,tidak ada sesuatu yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya, paling hanya mendekati
3.candi borobudur kok pindahan dari boko..tolong belajar dulu boko itu hindu apa buda
4. Katanya saba ada dijawa dgn alasan ada banjir besar, buktinya banjir yg menenggelamkan selat sunda. Memisahkan pulau jawa n sumatra..hadew..tolong belajar lagi,kapan itu pemisahan jawa-sumatrs, jaman es mencair tu kapan. Bandingkan juga kapan jamannya nabi sulaiman yang merupakan keturunan nabi ibrahim (kerajaan mesir)..jauh banget to jarak waktune antara jaman berpisahnya jawa sumatra dgn jaman nabi sulaiman
Dah itu dulu bukti kesalahan tulisan ini. Lainnya masih banyak..Semoga tidak mudah percaya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusDijaman yang sudah canggih seperti sekarang amerika dan rusia saja belum bisa mengurai, membuat pedang sultan Salahuddin Ayyubi dan hanya bisa berbicara ini adalah teknologi micro nano baja.
BalasHapusHanya umat yang membaca dan berpengan kuat dengan AL QUR'AN yang tak heran / bingung atas yang ada dan terjadi dibumi hingga dilangit.
Setuju klo borobudur peninggalan nabi sulaiman,tpi untuk yg klaim peninggalan islam kurang benar,karna pengertian nama agama pd masa itu dan sekarang berbeda,
BalasHapusBisa jadi teori ini benar... disebut peninggalan Islam juga benar, karena Islam bisa berarti selamat...yang pada saat itu disebut hanif atau lurus.
BalasHapus