Senin, 01 Juli 2013

MISTERI BOROBUDUR DAN PENINGGALAN NABI SULAIMAN



( Pembuktian secara ilmiah menurut Al-Quranul Karim oleh KH. Fahmi Basya )
Jika selama ini banyak ilmuwan-ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang diceritakan dalam alquran itu berada di daerah yang sekarang adalah Yaman, maka menurut KH Fahmi Basya, negeri saba’ itu sebenarnya berada di Indonesia. Benarkah?

Dalam flying book itu KH Fahmi Basya mengungkapkan dengan bukti-bukti ilmiah bahwa candi borobudur bukanlah hasil kebudayaan hindu, sebagaimana kita ketahui selama ini. Candi borobudur sudah ada sejak lama, jauh sebelum hindu ada di nusantara ini. Berdasarkan penelitiannya, candi borobudur itu bahkan di bangun oleh nabi sulaiman dengan bantuan para jin pada jaman ketika nusantara belum berbentuk seperti sekarang, yaitu masih berupa daratan yang luas. Banyak data dan analisis yang dipaparkan dalam flying book itu sebagai bukti terhadap argumen ini.
Untuk mengetahui salah satu bukti argumen itu, sebelumnya ada baiknya kita mengetahui simbol lafadz bismillah. Simbol itu bisa dibuat dengan melukis sebuah 7 buah lingkaran sama besar yang salah satu lingkaran berada di tengah dan dikelilingi oleh 6 lingkaran lainnya.
Masing-masing lingkaran mewakili satu huruf pada lafadz bismillah yaitu ba, sin, mim, alif, lam, lam, dan ha’ . Jika keenam lingkaran di luar masing-masing titik pusatnya secara berurutan dihubungkan dengan garis kemudian lingkaran-lingakaran yang diluar itu dihapus, jadilah bentuk itu sebagai segi enam dengan lingkaran di tengahnya. Itulah simbol lafadz bismillah.
Sekarang mari kita amati salah satu kontur yang banyak terukir di batu-batu candi Borobudur. inilah kontur itu.
ternyata bentuk itu banyak sekali kita temukan pada batu-batu di candi Borobudur. Segi enam dengan lingkaran ditengahnya. Apakah arti bentuk itu? Ternyata simbol segi enam dengan lingkaran di bawahnya adalah simbol lafadz bismillah. Demikianlah salah satu bukti analisa yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya dalam flying booknya.
Selain itu, dalam flying book tersebut juga diungkapkan secara ilmiah bahwa candi borobudur dahulunya bukan di tempat seperti yang sekarang, melainkan sempat mengalami pemindahan dengan kecepatan pemindahan melebihi kecepatan cahaya (60.000 kali). Hal ini mengakibatkan kontur candi borobudur mengalami peluruhan. Pemindahan candi ini sesuai cerita dalam alqur’an : “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS.An Naml:40)
Selama ini yang sering diungkapkan adalah bahwa pemindahan itu dari yaman ke palestina, namun sesungguhnya bukti nyatanya belum pernah ditemukan.
Lalu menurut penelitian KH Fahmi Basya, dimana letak candi Borobudur sebelum dipindahkan? Jawabannya adalah di kawasan candi boko yang terletak di kabupaten bantul. Di kawasan itu nampak bekas-bekas adanya candi besar. Namun, candi besar itu hilang, entah bagaimana hilangnya, yang jelas bukan karena hancur atau runtuh. Bahkan di kawasan candi boko ditemukan serpihan-serpihan sisa candi yang konturnya mirip dengan kontur candi borobudur. Hanya saja, kontur yang ada di kawasan candi boko ini tampak lebih jelas dibandingkan dengan kontur yang ada di candi borobudur. Hal ini disebabkan peluruhan yang terjadi akibat pemindahan dengan kecepatan 60.000 kali kecepatan cahaya tadi. (Lihat gambar)
Lebih jauh lagi KH Fahmi Basya membahas sisi lain dari candi borobudur, yaitu bahwa desain candi borobudur sangat kompleks dan memiliki makna yang dalam. Misalnya relief yang ada di dinding-dindingnnya, ukuran volume candi yang membentuk balok al quran ( 23x23x12 = 6348 = jumlah ayat dalam alqur’an berserta basmalah), bahkan bukti foto google art yang menunjukkan bahwa puncak candi membentuk sebuah sebuah garis lurus yang menghubungkannya dengan rukun syaam dan hajar aswad ka’bah. Dan banyak lagi fakta-fakta yang dikemukakan dalam flying book itu.
Nama saba’ sendiri, di dapat dari Alqur’an, dimana secara singkat Alqur’an (surat An Naml dan surat Saba’) menceritakan bahwa negeri saba’ dahulu merupakan sebuah negeri yang amat makmur, subur tanahnya dan maju bangsanya. Dalam negeri itu pernah hidup Nabi-Nabi terdahulu seperti nabi daud AS, Nabi Sulaiman AS, dan juga seorang ratu perempuan yang amat melegenda yaitu ratu Bilqis. Namun, negeri itu dimusnahkan oleh Allah SWT dengan sebuah banjir yang amat besar karena kemusyrikan bangsa di negeri itu, yaitu kereka melekukan ibadah menyembah matahari.
Sementara itu, dalam sebuah legenda yang sangat terkenal di dunia, konon pernah ada sebuah negeri yang karakteristiknya hampir mirip dengan yang diceritakan alqur’an itu. Negeri itu bernama negeri Atlantis. Negeri itu berada di sebuah daratan yang luas dan subur, dan dihuni oleh bangsa maju dan makmur, unggul dalam hal irigasi pertanian. Daratan luas itulah yang disebut sebagai benua Atlantis yang mana benua itu musnah pada jaman es. Seiring tenggelamnya daratan Atlantis, maka musnahlah negeri Atlantis yang begitu makmur itu.
Berdasarkan kemiripan kisah dalam Al Qur’an dan legenda yang berkembang di hampir sekuruh oenjuru dunia itu, bisa jadi, negeri saba’ yang dimaksudkan dalam Al Quran itu tak lain adalah negeri Atlantis yang dulu mendiami daratan Atlantis yang kini sudah musnah akibat banjir besar di jaman es. Benar atau tidaknya memeang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Selama ini hampir kebanyakan ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang disebutkan dalam Alquran itu terletak di daerah Yaman, bahkan dalam banyak tafsir Al Quran pun mengatakan demikian. Namun, melalui ekspedisi dan penelitiannya, yang hasilnya dibuat dalam bentuk flying boook, KH Fahmi Basya menyimpulkan bahwa bukanlah daerah Yaman letak sebenarnya negeri Saba’ itu, melainkan ia berada di sebuah wilayah dengan pusatnya di pulau Jawa, dimana dahulu wilayah itu mencakup wilayah Indonesia dan masih merupakan sebuah daratan yang luas atau berupa sebuah benua. Berikut saya tuliskan 14 bukti yang dikemukakan oleh KH fahmi Basya yang mengungkapkan bahwa negeri saba’ dalam Al Qur’an itu bukan terletak di Yaman melainkan di Indonesia.
PERTAMA. Nama saba’ itu sendiri. “..dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.” (QS. 27:22). Di Indonesia ada nama dan tempat bernama saba’ (tempat pertemuan) dan ada tempatnya. sementara di Yaman tidak ada. Yang ada hanya sabuun(prasasti), tapi tidak ada a=nama tempat bernama saba’
KEDUA. Hutan saba’. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah hutan (kebun) di sebelah kanan dan di sebelah kiri” (QS.34:14). Disebutkan terdapat hutan sebagai tanda kekuasaan (ayat). Allah menyebut sesuatu sebagai ayat maka berarti sesuatu tersebut tidak akan hilang dan tetap dapat di amati oleh manusia. Sebagaimana dalam QS 54.15 Allah menyebut kapal nabi nuh sebagai ayat dan itu kita temukan. Maka sesuai sebutan “ayat” itu seharusnya hutan itu juga bisa ditemukan atau pastilah hutan saba’ itu masih ditemukan. Kita bisa buka dalam kamus bahasa jawa kawi, HUTAN dalam bahasa jawa adalah WANA, dan SABA’ berarti PERTEMUAN. Jadi hutan saba’ itu ada di pulau jawa yaitu WANASABA=WONOSOBO Ada juga nama sleman yang berasal dari kata sulaiman. Sementara di Yaman tidak diketemukan nama-nama semacam itu.
KETIGA. Tempat bersujud (menyembah) kepada matahari. “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah (bersujud kepada) matahari…”(QS. 27:24). Di Yaman tidak dijumpai tempat semacam itu, sementara di Indonesia tempat semacam itu ada yaitu di kawasan bukit candi Boko. Disana ada tempat yang digunakan untuk menyembah matahari yang berupa bangunan di atas bukit menghadap ketimur, ke arah matahari terbit.
KEEMPAT. Bangunan di lembah semut. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku …”(QS. 27:40). Di Yaman tidak ada bangunan semacam ini, tapi di Indonesia ada, yaitu candi Borobudur. candi Borobudur terletak di sebuah lembah, dan itulah lembah semut, lembah terindah di dunia.
KELIMA. Fakta pemindahan. Ada bekas stupa di candi Boko (36 km dari candi Borobudur), dimana tekstur bekas stupa itu sangat mirip dengan yang ada di candi borobudur. di Yaman tidak ada.
KEENAM. Sidrin qolil. “…sesuatu yang disebut sidrin Qolil”(qs. 34:16). Di indonesia sidrin qolil ini masih ada sampai sekarang, yaitu terdapat di candi Boko, sementara di Yaman tidak ada.
KETUJUH. Buah yang rasanya pahit, dan menjadi buah mulut (cerita rakyat). “…dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit…”(QS. 34:16). Di Indonesia ada buah yang rasanya pahit yaitu buah MAJAPAHIT, di Yaman tidak ada.
KEDELAPAN. Sisa banjir. “… Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar…”(QS.34:16). Di Yaman disebutkan banjir ini disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib (sebesar bendungan situ gintung) tapi banjir yang semacam ini terlalu kecil untuk memusnahkan sebuah negeri. Tapi di Indonesia banjir itu ada yaitu banjir sangat besar yang menenggelamkan dataran/dangkalan sunda, mengakibatkan Indonesia terbagi menjadi banyak pulau. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa dulu nusantara merupakan satu wilayah daratan yang luas sebelum menjadi wilayah kepulauan.
KESEMBILAN. Bukti bahwa negeri saba’ telah dihancurkan sehancur-hancurnya. “Maka kami jadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS.34:19). Di Indonesia fakta jelas mengatakan bahwa wilayah nusan tara yang dulunya satu daratan, setelah banjir besar di jaman es terbagi menjadi 17.000 pulau. Dari 1 menjadi 17.000. dalam sejarah dunia belum pernah ada daratan yang karena suatu kejadian kemudian menyebabkannya terbagi menjadi 17.000 bagian. Inilah maksud dari dihancurkan sehancur-hancurnya. Semantara di Yaman tidak ada fakta semacam itu.
SEPULUH. “…Kami bataskan padanya perjalanan…”(QS.34:18). Setelah banjir besar, maka perjalana darat menjadi terbatas karena pulau-pulau dibatasi lautan. Sementara di Yaman tidak ditemukakan fakta ini.
SEBELAS. Jarak terbang ideal. “Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.”(QS.27:22). “Pergilah dengan (membawa) suratku ini”(QS.27:28) jarak pemindahan istana adalah sejauh jarak terbang burung (36 km). di Indonesia jarak ideal ini ada Yaitu jarak candi Borobudur-candi Boko. Sementara kalo di Yaman, jarak antara Yaman-Palestina terlalu jauh.
KEDUABELAS. “Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS.34:21). Jadi pastilah Allah memelihara negeri saba’ yang menjadi ayat (tanda kekuasaan) Nya itu. Di Yaman sudah tidak ada, sementara di Indonesia masih ada.
KETIGABELAS. Surat dari Nabi Sulaiman unutk ratu Balqis. “Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “bismillahirrahmaanirrahiim” (QS. 27:29-30). Di Indonesia ada bukti yang ditemukan di istana ratu boko berupa lempengan/plat emas bertuliskan bismillahirrahmaanirrahiim. Di Yaman tidak ada.
KEEMPATBELAS. Gedung yang tinggi. “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).”(QS.34:13). Di Indonesia jelas ada yaitu candi borobudur, sedangkan di Yaman tidak ada.
Menurut Asal usul sejarah berdirinya candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti Asal usul sejarah berdirinya candi Borobudur tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha. Candi Borobudur yang artinya yaitu “biara di perbukitan”, berasal dari kata “bara” (candi atau biara) dan “beduhur” (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15. Semenjak ditemukan Candi Borobudur terus dipugar pada masa penjajahan Belanda oleh sekitar 200 pria dan mendapat perhatian dunia.Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984.
Demikian artikel tentang pembuktian sejarah Borobudur menurut Al-Quran. semoga bermanfaat

SEJARAH NAMA SLEMAN DAN ASAL USUL BOROBUDUR


Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan). Berdasarkan Perda no.12 Tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang.
Berdasar pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan Surya Sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa= 6, Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh Candra Sengkala "Anggana Catur Salira Tunggal" yang memiliki arti Anggana=6, Catur=4, Salira=8, Tunggal=1. Dengan demikian dari Candra Sengkala tersebut terbaca tahun 1846.
Beberapa tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden T umenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah Kelurahan, maka 258 Kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa.
Ternyata BERITA CANDI BOROBUDUR adalah bangunan yang dibangun oleh “TENTARA NABI SULAIMAN” BUKAN isapan jempol semata..!! konon pembuatan didalamnya ini dibantu dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur’an sebagai “ARSY RATU SABA”. Dipaparkan secara apik berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah. Hasil riset tersebut  juga menyimpulkan bahwa “SUKU JAWA” disebut juga sebagai “BANI LUKMAN” karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan ajaran2 LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur’an. Perlu diketahui bahwa satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur’an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Alqur’an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah “SYAILENDRA” , menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = gunung dan indra = raja.
Luar biasaaa… dan selanjutnya kabar  BENUA ATLANTIS  yang hilang itu TERNYATA”  Benar” di INDONESIA…!!
Penelitian mutakhir ini yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur. WAWW,, MANTAB, berarti INDONESIA ADALAH SUMBER PERADABAN sepanjang sejarah manusia. ada selentingan konon, Nabi Adam dulu tinggal di INDONESIA lohh….
fiuuuhhh.. luar biasa yaa INDONESIA..
di Kuatkan juga oleh Teori Teori Plato yang menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saaitu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Nah, terbukti kan…
BETAPA HEBAT NYA INDONESIA, dan konon KEBANGKITAN ISLAM kedua pun AKAN TERJADI DI INDONESIA, sudah menjadi SUNNATULLAH, sejarah akan berulang kembali. logika nya jika di awali di INDONESIA adalah PERADABAN AWAL UMAT MANUSIA, maka tidak menutup kemungkinan PERADAPAN BERAKHIR DI INDONESIA PULA…  ^_^
Santos  menambahkan Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia.
Masih menyimpan berbagai pertanyaan mengapa dinamakan Sleman. Ada yang bilang, dulu katanya daerah itu dihuni orang-orang yang pekerjaannya penghasil banyak selai, sehingga nama Sleman diambil dari SELAI MAN alias manusia penghasil selai. Ternyata itu ngapusi besar, mengingat dari dulu sampai sekarang orang-orang Sleman tidak banyak tahu apa-apa tentang selai.
Berdasarkan penelusuran dan penelitian yang tidak ada, sebenarnya nama Sleman muncul dari sebuah keputusasaan saat Indonesia dalam pendudukan Inggris. Daerah yang memiliki potensi yang beragam dan luar biasa itu membingungkan orang-orang Inggris untuk memberi identitas berdasarkan khasanah budaya yang berkembang di daerah itu.
Karena putus asa dan stress memikirkan nama yang cocok untuk daerah itu, maka di dalam peta orang Inggris menandai daerah itu dengan sebutan ”Nameless” alias tidak bernama. Eh, dasar orang Jawa, sukanya neko-neko, saat itu ada seorang Copywriter (nggak masuk akal banget ya?) yang membalik tulisan nameless menjadi sseleman. Dan untuk memudahkan ilat Jowo nama sseleman berubah menjadi Sleman.
Tak ada yang tahu siapa Copywriter itu, dan tak ada yang tahu sejarahnya tiba-tiba dia mengenalkan sosok dirinya sebagai seorang Copywriter, jaman dulu Indonesia mana tahu tentang Copywriter? Tapi berdasarkan isu, orang itu kisinan banget atas apa yang dilakukannya dan melarikan diri dengan membonceng Inggris ke Eropa. Di sana dia memperkenalkan Copywriting kepada Marcel Bleustein-Banchet, lalu saat dia sudah sangat tua dia memberikan ilmunya kepada David Ogilvy saat bertemu di dapur Hotel Majestic lalu sekejap meninggal dunia. Tak ada yang mengenangnya, baik insan periklanan dunia maupun orang-orang Sleman, cerita ini juga diragukan kebenarannya. Eh bukan diragukan ding, tapi memang tidak ada. Wallahu a’lam…….

SEJARAH KABUPATEN SLEMAN

Mengungkap sejarah merupakan perjalanan yang rumit dan melelahkan. Setidaknya pengalaman tersebut dapat dipetik dari upaya Dati II Sleman untuk menentukan hari jadinya. Setelah melalui penelitian, pembahasan, dan perdebatan bertahun-tahun, akhirnya hari jadi Kabupaten Dati II Sleman disepakati. Perda no.12 tahun 1998 tertanggal 9 Oktober 1998, metetapkan tanggal 15 (lima belas) Mei tahun 1916 merupakan hari jadi Sleman. Di sini perlu ditegaskan bahwa hari jadi Sleman adalah hari jadi Kabupaten Sleman, bukan hari jadi Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman. Penegasan ini diperlukan mengingat keberadaan Kabupaten Sleman jauh sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai wujud lahirnya negara Indonesia modern, yang memunculkan Pemerintah Kabupaten Dati II Sleman.
Keberadaan hari jadi Kabupaten Sleman memiliki arti penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah untuk memantapkan jati diri, sebagai landasan yang menjiwai gerak langkah ke masa depan. Penetapan hari jadi ini akan melengkapi identitas yang saat ini dimiliki Kabupaten Sleman.
Dalam perhitungan Almanak, hari jadi Kabupaten Sleman jatuh pada hari Senin Kliwon, tanggal 12 (dua belas) Rejeb tahun Je 1846 Wuku Wayang. Atas dasar perhitungan tesebut ditentukan surya sengkala (perhitungan tahun Masehi) Rasa Manunggal Hanggatra Negara yang memiliki arti Rasa = 6, manunggal = 1, Hanggatra = 9, Negara = 1, sehingga terbaca tahun 1916. Sementara menurut perhitungan Jawa (Candra Sengkala) hari jadi Kabupaten Sleman adalah Anggana Catur Salira Tunggal yang berarti Anggana = 6, Catur = 4, Salira = 8, Tunggal = 1, sehingga terbaca tahun 1846. Kepastian keberadaan hari jadi Kabupaten Sleman didasarkan pada Rijksblad no. 11 tertanggal 15 Mei 1916. Penentuan hari jadi Kabupaten Sleman dilakukan melalui penelaahan berbagai materi dari berbagai sumber informasi dan fakta sejarah.
Adapun dasar-dasar pertimbangan yang digunakan adalah:
1.      Usia penamaan yang paling tua Mampu menumbuhkan perasaan bangga dan mempunyai    keterkaitan batin yang kuat terhadap masyarakat.
2.      Memiliki ciri khas yang mampu membawa pengaruh nilai budaya .
3.      Bersifat Indonesia sentris, yang dapat semakin menjelaskan peranan ciri keindonesiaan tanpa menyalahgunakan obyektivitas sejarah.
4.      Mempunyai nilai historis yang tinggi, mengandung nilai dan bukti sejarah yang dapat  membangun semangat dan rasa kagum atas jasa dan pengorbanan nenek moyang kita.
5.      Merupakan peninggalan budaya Jawa yang murni, tidak terpengaruh oleh budaya  kolonial

Periode 1916-1945

Secara administratif, keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 tahun 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta (Mataram) dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Secara hierarkhis, Kabupaten membawahi distrik yang dikepalai seorang Panji.
Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni : Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan).
Pada tahun yang sama, berturut-turut dikeluarkan Rijksblad no.12/1916, yang menempatkan Gunung Kidul sebagai kabupaten keempat wilayah Kasultanan Yogyakarta. Kemudian disusul dengan Rijksblad no. 16/1916 yang mengatur keberadaan Kabupaten Kota. Sedangkan Rijksblad 21/1916 mengatur keberadaan kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian, pada tahun tersebut wilayah Kasultanan Yogyakarta berkembang dari 3 kabupaten menjadi 6 Kabupaten.
Pembagian wilayah Kesultanan Yogyakarta tersebut ternyata pada tahun 1927 mengalami penyederhanaan melalui munculnya Rijksblad no. 1/1927. Enam Kabupaten yang terdapat di wilayah kasultanan disederhanakan menjadi 4 kabupaten yakni: Kabupaten Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul. Dalam hal ini, Kabupaten Sleman mengalami penurunan status menjadi distrik Kabupaten Yogyakarta.
Pada tahun 1940, wilayah Kasultanan Yogyakarta mengalami reorganisasi dengan munculnya Rijksblad Van Jogjakarta no. 13/1940 tanggal 18 Maret 1940. Rijksblad tersebut membagi wilayah kasultanan Yogyakarta tetap dalam 4 Kabupaten dengan pemampatan pada distrik masing-masing kabupaten.
·         Kabupaten Yogyakarta, terdiri 2 (dua) distrik (Distrik Kota dan Distrik Sleman).
·         Kabupaten Sleman yang terdiri 4 (empat) distrik.
·         Kabupaten Kulon Progo terbagi 2 (dua) distrik.
·         Kabupaten Gunung Kidul terbagi 3 (tiga) distrik.
Pembagian wilayah tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1942 dengan Jogjakarta Kooti, Kasultanan Yogyakarta lebih memerinci wilayahnya sebagai berikut:
1.      Kabupaten Yogyakarta dengan Bupati KRT. Harjodiningrat. Kabupaten Yogyakarta dibagi menjadi 3 (tiga) Kawedanan, yakni kawedanan Sleman dengan penguasa R. Ng. Pringgo Sumadi dan Kawedanan Kalasan dengan penguasa R. Ng. Pringgo Biyono.
2.      Kabupaten Bantul (Ken) dengan Bupati KRT. Dirjokusumo dan wilayahnya dibagi menjadi 4 (empat) kawedanan yakni Bantul, Kotagede, Godean dan Pandak.
3.      Kabupaten Gunung Kidul dengan Bupati KRT. Djojodiningrat dan wilayahnya terbagi menjadi 3 (tiga) kawedanan yakni Wonosari, Playen dan Semanu.
4.      Kabupaten Kulon Progo dengan Bupati KRT. Pringgohadingrat, dengan wilayah yang terbagi menjadi 2 (dua) kawedanan yaitu Nanggulan dan Sentolo.
Pada tanggal 8 April 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Dalam Koorei tersebut dinyatakan wilayah Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi lima Kabupaten yakni Kabupaten Kota Yogyakarta (Yogyakarta Syi), Kabupaten Sleman (Sleman Ken), Kabupaten Bantul (Bantul Ken), Kabupaten Gunung Kidul (Gunung Kidul Ken) dan Kabupaten Kulon Progo (Kulon Progo Ken). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten.

Periode 1945-1947

Jogjakarta Koorei angka 2 (8 April 1945) menjadikan Sleman sebagai pemerintahan Kabupaten untuk kedua kalinya dengan KRT Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17 kapewon (Son) yang terdiri dari 258 kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo (Kecamatan Sleman).
Bila dibandingkan dengan pemerintahan kabupaten lainnya di tanah Jawa, infrastruktur yang dimiliki Sleman sangat terbatas. Fasilitas yang dimiliki adalah gedung pusat pemerintahan, pasar (yang saat ini dikenal sebagai pasar Sleman), masjid (masjid Sleman) dan stasiun kereta api (lokasinya sudah berubah menjadi taman segi tiga Sleman). Sedangkan infastruktur seperti alun-alun, penjara, markas prajurit dsbnya, sebagai syarat ibukota, tidak dimiliki.
Di era revolusi, para pegawai pemerintah meninggalkan ibukota Sleman ikut keluar kota mengatur strategi. Dalam keadaan demikian perkantoran pemerintahan Kabupaten Sleman menjadi sepi dan terjadi “bumi angkut” oleh gerombolan masyarakat yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya gedung-gedung pemerintah tidak layak lagi menjadi tempat pelayanan masyarakat.

Periode 1945-1947

Dalam kondisi gedung-gedung pelayanan masyarakat yang memprihatinkan, Bupati Sleman KRT Pringgodiningrat pada tahun 1947 memindahkan pusat pelayanan kabupaten ke Ambarukmo, di Petilasan Dalem serta bekas pusat pendidikan perwira polisi yang pertama di Indonesia (saat ini pendopo hotel Ambarukmo). Dalam hal ini, Ambarukmo merupakan pusat kegiatan pelayanan pemerintahan, bukan ibukota kabupaten.
Pada tahun yang sama Bupati KRT Pringgodiningrat diganti oleh KRT Projodiningrat. Dalam periode ini, tepatnya tahun 1948, wilayah Kasultanan Yogyakarta mulai melaksanakan pemerintahan formal. Sesuai dengan UU no. 22 Tahun 1948, penyebutan wilayah Kabupaten Sleman adalah Kabupaten Sleman.
Pada tahun 1950 Bupati KRT Projodiningrat digantikan oleh KRT Dipodiningrat hingga tahun 1955. Selanjutnya, KRT Dipodiningrat digantikan oleh KRT Prawirodiningrat, yang menjabat Bupati Sleman hingga tahun 1959.
Pada masa itu pemerintah RI mengeluarkan UU no. 1 tahun 1957 mengenai Pembagian Daerah Republik Indonesia dan Aturan Otonomi Daerah, maka penyebutan Kabupaten Sleman berubah menjadi daerah Swatantra. Sebagai implementasinya Departemen Dalam Negeri menerbitkan peraturan bahwa selain memiliki seorang Bupati yang diangkat secara sektoral sebagai pegawai Kementrian Dalam Negeri, Kabupaten juga harus memiliki kepala daerah yang dipilih legislatif (DPRD).
Dengan kata lain, dalam periode pemerintahan ini, sebuah kabupaten memiliki 2 (dua) Kepala Daerah. Terpilih sebagai Kepala Daerah Swatantra adalah Buchori S. Pranotodiningrat. Seiring terbitnya Penetapan Presiden no. 6 Tahun 1959 dan no. 5 Tahun 1960, untuk memberlakukan kembali UUD 1945, pemerintahan Kabupaten Sleman kembali dikepalai seorang Bupati/Kepala Daerah, yang dijabat oleh KRT. Murdodiningrat.
Periode 1964-sekarang
 Pada tahun 1964, KRT Murdodiningrat memindahkan pusat pemerintahan ke Dusun Beran, Desa Tridadi Kecamatan Sleman. Lokasinya menempati bangunan kantor Bappeda Sleman (sekarang). Pada masa ini pula Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman mulai memiliki lambang daerah.
 Munculnya UU no. 18 tahun 1965 mengenai Hak Otonomi Daerah ditindaklanjuti DPRD Gotong Royong Daerah Tingkat II Sleman dengan menerbitkan SK. no. 19/1966 yang mengubah sebutan Pemerintah Daerah Tingkat II Sleman menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, dan DPRD Gotong Royong Tingkat II Sleman menjadi DPRD Gotong Royong Kabupaten Sleman. Pada masa tersebut ketua DPRD Gotong Royong dijabat Soekirman Tirtoatmodjo.
Seiring berakhirnya masa keanggotaan DPRD Gotong Royong pada tahun 1971, jabatan ketua DPRD digantikan oleh Soelanto. Selanjutnya pada tahun 1974, UU no. 18 tahun 1965 digantikan UU no. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah. Berorientasi pada Undang-undang ini pemerintahan daerah Sleman menggunakan penyebutan Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sleman.
Pada tahun 1974 KRT. Murdodiningrat digantikan oleh KRT Tedjo Hadiningrat, yang hanya menjabat selama 3 bulan. Selanjutnya posisi bupati dijabat Drs. KRT. H. Prodjosuyoto Hadiningrat, yang menjabat 2 periode (th.1974-1985) dengan 2 kali penggantian ketua DPRD. Pada tahun 1977, posisi Soelanto sebagai ketua DPRD digantikan oleh R. Soelarjo hingga tahun 1982, yang selanjutnya digantikan Samingan H.S.
 Pada tahun 1985 Drs. KRT. H. Prodjosuyoto Hadiningrat digantikan Drs. Samirin, yang menjabat selama satu periode (1985-1990). Pada masa jabatannya, Drs. Samirin mengalami sekali pergantian ketua DPRD Sleman yakni pada tahun 1987, Samingan H. S. digantikan Letkol. Sudiyono, yang menjabat 2 periode masa jabatan (1987-1997).

Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman?

Temuan baru dengan pendekatan sains Alquran mengenai Candi Borobudur sebagai bangunan purbakala di Jawa Tengah turut mendorong rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
"Borobudur ini menjadi simbol yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. Melalui pendekatan ini menjadi simbol mendorong semangat kebangkitan itu sendiri," kata penulis buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman, KH Fahmi Basya, dalam seminar bertema Titik balik sejarah Borobudur di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (6/4).
Seminar tersebut mengupas mengenai buku karya ahli matematika Islam itu yang sempat menimbulkan pro dan kontra. Di luar dari pro dan kontra tersebut, menurut Fahmi Basya, temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia yang dikenal dengan Nusantara ialah negeri yang thoyyiban (baik) seperti juga surga yang dikatakan tempat yang thoyyiban.
"Satu-satunya negeri yang disebut toyyiban di dalam Alquran ialah negeri Saba yang dikatakan, 'Negerimu adalah negeri yang thoyyiban dari Rabb yang Ghafuur' dalam Alquran Surat 34:15. Tidak kebetulan kita semua ditakdirkan lahir dan besar di tanah surga," kata Fahmi.
Temuan Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman diungkapkan Fahmi Basya melalui penelitian selama 35 tahun. Temuan yang tidak berdiri sendiri itu berdasarkan fakta-fakta eksak melalui pendekatan sains Alquran.
Melalui hitungan matematika Islam dan sains Alquran yang dipahami, Fahmi Basya memaparkan 40 fakta-fakta eksak daya jelajah para nabi yang ternyata sampai ke Nusantara.
Melalui temuan itu, ia ingin membangunkan bangsa Indonesia yang saat ini sedang tidur panjang dan masih bersikap inferior dan rendah diri di hadapan bangsa-bangsa lain. "Bangsa Indonesia harus mampu berdiri tegak menatap masa depan, karena telah ditakdirkan dan dipilih untuk mewariskan negeri yang besar," katanya.
Sejak diterbitkan Agustus 2012, buku Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman terjual sebanyak 7.500 eksemplar di seluruh Indonesia. "Borobudur adalah monumen kebangkitan yang mampu menyatukan seluruh komponen negeri ini saling rangkul dan bersatu," katanya. (Ant)
Menurut sebuah penelitian oleh Pak Fahmi Basya memperoleh kesimpulan bahwa kisah nabi Sulaiman itu tidak bisa dipisahkan dari tanah jawa (Negeri Saba’) dan juga nabi Sulaiman mempunyai peninggalan berupa sebuah candi Borobudur, jadi menurut peneliti tersebut candi Borobudur adalah peninggalan nabi Sulaiman.
Membaca hasil penelitian ini tentu anda akan mengernyitkan dahi, atau bahkan tidak percaya.
Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul,
Nabi Sulaiman diperkirakan hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan candi Borobudur dibangun setelah masehi. Tapi tidak menurut Pak Fahmi Basya, Borobudur sudah ada sejak sebelum Masehi tuturnya.
Dalam bukunya, KH Fahmi Basya menuturkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan putra Nabi Daud tersebut. Di antaranya, hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya istana Ratu Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, Kisah nabi Yunus di relief candi dan lainnya. Dalam Alquran, kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Saba disebutkan beberapa kali dalam al quran surah An-Naml [27]: 15-44, Saba [34]: 12-16, al-Anbiya [21]: 78-81, dan lainnya.
Tentu saja, banyak orang yang tidak percaya bila Borobudur merupakan peninggalan Sulaiman. Banyak bukti yang dipaparkan oleh pak Fahmi Basya, salah satunya adalah banyak relief yang mengambarkan kisah-kisah yang ada didalam AlQuran seperti kisah nabi Yunus yang dilempar dari kapal yang penuh dan dimakan oleh sebuah ikan seperti gambar di bawah ini. Melalui relief-relief yang ada lainnya, memang terdapat banyak simbol, yang mengesankan dan identik dengan kisah Sulaiman dan Ratu Saba, sebagaimana seperti keterangan Alquran.
Pertama adalah tentang tabut, yaitu sebuah kotak atau peti yang berisi warisan Nabi Daud AS kepada Sulaiman. Konon, di dalamnya terdapat kitab Zabur, Taurat, dan Tingkat Musa, serta memberikan ketenangan.
Pada relief lain yang terdapat di Borobudur, tampak peti atau tabut itu dijaga oleh seseorang. “Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: ‘Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman’.” (QS Al-Baqarah [2]: 248).
Negeri Saba ada di Indonesia, yaitu Wonosobo (Wana – Saba). menurut bahasa jawa, Wana artinya hutan dan Saba adalah negeri Saba/tempat berkumpul . Dalam Alquran, wilayah Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. (QS Saba [34]: 15).
Jadi, menurut Fahmi, wana saba atau Wonosobo adalah hutan Saba. Masih banyak lagi bukti-bukti yang dipaparkan oleh sang peneliti KH Fahmi Basya didalam buku yang ia tulis.
Sejarah Asal Mula Candi Borobudur
Masa lalu memang penuh misteri. Banyak orang meyakini bahwa Candi Borobudur sebagai peninggalan Dinasti Syailendra pada abad 8 masehi. Namun hal itu dibantah oleh KH. Fahmi Basya. Ahli matematika Islam ini meyakini bahwa Borobudur sangat terkait erat dengan sejarah Nabi Sulaiman. Borobudur adalah peninggalan Ratu Saba’ seperti yang diceritakan dalam Al-Quran. Buku ini bukan karya sehari dua hari disusun. Tulisan ini sudah ditulis dengan sangat serius selama puluhan tahun; sejak tahun 1979 hingga 2012. Dalam buku ini penulis menjelaskan dengan sangat detail dan ilmiah bukti-bukti bahwa Borobudur adalah peninggalan Ratu Saba’. Ada 40 bukti eksak yang dijelaskan. Salah satu bukti paling kuat dan belum bisa dibantah adalah ditemukannya surat dari Nabi Sulaiman bertuliskan “Bismilllahirrahmanirrahim” di atas sebuah plat emas di dalam kolam pemandian Ratu Saba’ (Ratu Boko) di daerah Sleman, Jawa Tengah.
Fahmi Basya, meyakini bahwa selama ini asal-usul Candi Borobudur tidaklah benar. Ia bahkan tak ragu meminta pemerintah bisa menerbitkan undang-undang yang mengatur soal kejelasan asal-usul bangunan Borobudur.
Fahmi menilai langkah itu berkaitan erat dengan pembangunan dan penguatan identitas kebangsaan. "Selama ini tidak ada yang membantah pendapat Van Erp yang menyatakan Candi Borobudur adalah Candi Budha sejak 1817. Padahal belum ada penelitian lanjutan soal itu,'' kata Fahmi kepada Republika, Sabtu (6/4).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 33 tahun, Fahmi menyatakan Candi Borobudur berkaitan erat dengan sejarah Nabi Sulaiman.
Lewat serangkaian penjelasan-penjelasan yang didasarkan pada observasi lapangan di Borobudur dan tafsir-tafsir Al Quran, Dosen di UIN Syarif Hidayatullah itu menjelaskan keterkaitan antara pembangunan Borobudur dan Nabi Sulaiman.
Sejarah Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi mengenai asal usul nama candi ini. Versi pertama mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “bara” yang berarti “kompleks candi atau biara” dan “beduhur” yang berarti “tinggi/di atas”.
Versi kedua mengatakan bahwa nama Sejarah Candi Borobudur kemungkinan berasal dari kata “sambharabudhara” yang berarti “gunung yang lerengnya berteras-teras”. Versi ketiga yang ditafsirkan oleh Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari kata “bhoro” yang berarti “biara” atau “asrama” dan “budur” yang berarti “di atas”.
Pendapat Poerbotjoroko ini dikuatkan oleh Prof. Dr. W.F. Stutterheim yang berpendapat bahwa Bodorbudur berarti “biara di atas sebuah bukit”. Sedangkan, versi lainnya lagi yang dikemukakan oleh Prof. J.G. de Casparis berdasarkan prasati Karang Tengah, menyebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata “bhumisambharabudhara” yang berarti “tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang”.
Masih berdasarkan prasasti Karang Tengah dan ditambah dengan prasasti Kahuluan, J.G. de Casparis dalam disertasinya tahun 1950 mengatakan bahwa Sejarah Candi Borobudur diperkirakan didirikan oleh Raja Samaratungga dari wangsa Sayilendra sekitar tahun Sangkala rasa sagara kstidhara atau tahun Caka 746 (824 Masehi) dan baru dapat diselesaikan oleh puterinya yang bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun 847 Masehi. Pembuatan candi ini menurut prasasti Klurak (784 M) dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang pangeran dari Kashmir yang bernama Visvawarma.
Versi Lainnya
Asal Usul Sejarah Borobudur – Candi borobudur merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur didirikan sekitar tahun 800-an Masehi oleh para penganut agama Buddha Wahayana. Dalam sejarah candi borobudur, terdapat berbagai teori yang menjelaskan asal usul nama candi borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara yang artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çr? Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kam?l?n yang disebut Bh?misambh?ra. Istilah Kam?l?n sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bh?mi Sambh?ra Bhudh?ra dalam bahasa sansekerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.
Letak candi ini diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau, serta disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi, Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan. Begitulah kira-kira kisah yang dapat kita sajikan. Semoga bermanfaat..

17 komentar:

  1. Maaf mas Zein, Candi Borobudur diklaim oleh Agama Budha, bukan oleh Agama Hindu :)

    BalasHapus
  2. Borobudur adalah peninggalan nabi sulaiman bisa saja benar !! Kabar tentang Indonesia adalah benua atlantis..orang eropa lebih dulu tahu makanya mereka berbondong bondong datang menjajah dan menjarah negara ini

    BalasHapus
  3. kalopun iya borobudur memang didedikasikan untuk Sulaiman, bukan berarti merujuk kepada kebangkitan islam, sebuah penilaian harus benar obyektif, bukan kpd beberpihakan golongan tertentu. para nabi sebelum muhammad termasuk yesuspun tidak memeluk agama tertentu yg skg ada. kata Islam yg dimaksud sebelum zaman nabi muhammad pun harus ditelisik lebih lanjut. Apakah itu merujuk kpd agama tertentu atau sebutan bagi orang2 tertentu juga. karena pada dasarnya pengertian agama sekarang dan dulu sangatlah berbeda. terima kasih.

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum wr. wb.
    kami selaku warga bangsa indonesia wajib hukumnya mencintai negeri sendiri, lebih -lebih kami bangga dengan karya seorang Doktor dan sekaligus kyai yang disiplin ilmu.
    bukan karena beliau seorang dr gol. kita, terlepas dari itu karyanya sangat berdasarkan ilmu !

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum wr. wb.
    kami selaku warga bangsa indonesia wajib hukumnya mencintai negeri sendiri, lebih -lebih kami bangga dengan karya seorang Doktor dan sekaligus kyai yang disiplin ilmu.
    bukan karena beliau seorang dr gol. kita, terlepas dari itu karyanya sangat berdasarkan ilmu !

    BalasHapus
  6. Ya Alloh ridhoilah negeri ini sebagai negeri yang besar seperti zamanya nabi sulaiman as.

    BalasHapus
  7. Benarkah borobudur dibangun pada masa ramayana

    BalasHapus
  8. Hoak banget nih ceritanya
    1. Katanya penelitian ilmiah,ternyata penelitian gak da yg ilmiah, penelitian ilmiah itu misale carbon dating utk mengetahui umur candi
    2. Pemindahan candi kecepatannya 60000 kec cahaya..ini ilmiah apanya? Berdasar pengetahuan ilmiah sekarang,tidak ada sesuatu yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya, paling hanya mendekati
    3.candi borobudur kok pindahan dari boko..tolong belajar dulu boko itu hindu apa buda
    4. Katanya saba ada dijawa dgn alasan ada banjir besar, buktinya banjir yg menenggelamkan selat sunda. Memisahkan pulau jawa n sumatra..hadew..tolong belajar lagi,kapan itu pemisahan jawa-sumatrs, jaman es mencair tu kapan. Bandingkan juga kapan jamannya nabi sulaiman yang merupakan keturunan nabi ibrahim (kerajaan mesir)..jauh banget to jarak waktune antara jaman berpisahnya jawa sumatra dgn jaman nabi sulaiman

    Dah itu dulu bukti kesalahan tulisan ini. Lainnya masih banyak..Semoga tidak mudah percaya

    BalasHapus
  9. Dijaman yang sudah canggih seperti sekarang amerika dan rusia saja belum bisa mengurai, membuat pedang sultan Salahuddin Ayyubi dan hanya bisa berbicara ini adalah teknologi micro nano baja.

    Hanya umat yang membaca dan berpengan kuat dengan AL QUR'AN yang tak heran / bingung atas yang ada dan terjadi dibumi hingga dilangit.

    BalasHapus
  10. Setuju klo borobudur peninggalan nabi sulaiman,tpi untuk yg klaim peninggalan islam kurang benar,karna pengertian nama agama pd masa itu dan sekarang berbeda,

    BalasHapus
  11. Bisa jadi teori ini benar... disebut peninggalan Islam juga benar, karena Islam bisa berarti selamat...yang pada saat itu disebut hanif atau lurus.

    BalasHapus